Rasanya belum lama saya ‘dilepas’ oleh SMA saya. Seolah-olah sekolah dan kampus berada pada dimensi yang berbeda, di mana waktu melaju dengan kecepatan yang tak sama. Beruntung, saya punya rutinitas kunjungan ke SMA tiap Jum’at siang. Saya dapat menyaksikan perubahan-perubahan pada SMA saya, yang setidaknya mengingatkan bahwa bilangan tahun yang telah berlalu semenjak saya lulus memang tak bisa dibilang sedikit.
Sejak SMA, saya menyadari bahwa SMA saya dianggap ‘aneh’ (saya lebih suka menganggapnya istimewa) di mata anak sekolah lain. Saya ingat betul, suatu waktu saya dan teman sekelas saya nonton di Mataram (nonton Gie atau film Indonesia apa ya waktu itu, yang jelas tiketnya di bawah sepuluh ribu) pulang sekolah, masih berseragam. Dan ketika kami melewati kursi rombongan anak SMA lain, terdengar bisik-bisik, “Eh, itu kan anak SMA 1. Bzzzttt.. Krsskkkk..”. Seragam kami memang khas. “Apa masalahnya? Memangnya kenapa kalau anak SMA 1 nonton?” pikir kami waktu itu.
Setelah lulus, saya baru tahu bahwa persepsi anak sekolah lain tentang SMA 1 banyak yang aneh-aneh. Saya pernah dibuat ‘gemes’ ketika teman kuliah saya dari SMA lain mengatakan bahwa di SMA 1 wajib memakai kerudung. Saya mencoba meluruskan soal ‘siapa Yang Mewajibkan’ tapi dia malah bersikukuh bahwa apa yang terjadi di SMA saya adalah hal yang salah. Sedih. Salah satu teman kuliah saya itu sekarang alhamdulillah sudah menyadari ‘siapa Yang Mewajibkan’ itu. Tapi yang satunya lagi belum. Semoga suatu saat akan sadar. Amiiin. *SMA TN yang benar-benar punya aturan khusus untuk seragamnya kok tidak ada yang menggugat ya.. Hmmm…*
Ya, baru setelah lulus saya tahu pula bahwa banyak yang tidak menyukai keistimewaan SMA saya. Bahkan ketidaksukaan itu lama-lama merebak pula di kalangan siswa. Sedih. Sedih. Sedih. Saya dulu waktu SMA bukan termasuk siswa yang manut-manut amat. Saya bukan pengurus Rohis, Rohis kelas juga bukan. Malah dalam beberapa hal, saya enggan dengan Rohis yang terkesan eksklusif. Bagi saya, mengajak pada kebaikan itu tidak mungkin dilakukan kalau seperti itu caranya. Kadang jika tiba saatnya mentoring, saya malah ‘melanglang buana’ bersama teman-teman sekelas saya. *ketahuan deh bandel-bandelnya* Tapi sebandel-bandelnya saya dan teman-teman saya, kami masih menerima bahwa apa yang diterapkan di SMA kami adalah hal yang baik dan kami bangga dengan itu. Kami bahagia karena setelah lulus kami bisa berkata, “Sebandel-bandelnya anak SMA 1, masih merupakan bandel yang beradab.”
SMA 1 yang konservatif. Jika ‘seperti itu’ termasuk konservatif, maka saya mencintai SMA 1 yang konservatif. Bagi saya, sebuah sekolah menjadi istimewa karena ada kekhasannya. Dulu orang memilih SMA 1 salah satunya karena pertimbangan kondisi lingkungan sekolah bila dibandingkan SMA favorit lain di Yogya. Sebagian orang tua lebih merasa aman ketika anaknya sekolah di SMA 1 daripada SMA lain itu. Dulu SMA 1 adalah tempat yang bersahabat untuk siswa semua kalangan. Tak ada yang merasa perlu terpinggirkan, karena semua duduk rata dalam kebersahajaan. Kalau kekhasan itu dihilangkan, apalagi yang bisa dibanggakan?
Sedih. Sedih. Sedih. Melihat kondisi SMA saya sekarang. Melihat dan mendengar adik-adik SMA sekarang. Membaca apa yang mereka tulis tentang SMA sekarang. SMA 1 yang ekstrim.
Apa sih dek, yang menurutmu ekstrim dari SMA kita?
Apa ini tentang jilbab? Padahal sebenarnya tak ada peraturan sekolah yang mewajibkan kan? Yang mewajibkan itu bukan sekolah dek, sama sekali bukan. Tahukan dek, kalaupun kau tak mau memakainya, bukan sekolah yang akan marah, bukan sekolah yang tidak suka, sama sekali bukan dek..
Apa ini tentang salam? Apakah jelek ketika ada orang yang mendo’akan agar kau diberiNya keselamatan?
Apa ini tentang Islam? Tentang mentoring? Tentang kami, kakak-kakak alumni yang begitu kurang kerjaannya menyatroni sekolah di akhir pekan? Tahukah dek, apa yang mendorong kami melakukan ini? Karena dulu, kami menemukan cahaya, dan kami ingin kalian dapat menemui cahaya yang sama.
Yogyakarta, 28 Mei 2010 18:25 ..Jum’at yang ngepasi tanggal merah
*posting ke dua tentang SMA 1*
hmm….jadi pengin main lagi ke SMA 1…..^^
@puji. yo maen aja pu. feel free 😀
masuk SMA 1 adalah salah satu pilihan terbaik yg pernah saya buat.
@lingga. saya juga sama, lingga. pilihan yang tidak akan saya sesali 🙂